Home / Sulsel

Jumat, 2 April 2021 - 11:29 WIB

M.Yusran Lalogau: Sejak SMP “Jadi Bupati”

MEDIASINERGI.CO MAKASSAR — Masih bayi, dia sudah bersama dengan Herlina. Kisahnya, ketika orang tuanya menunaikan ibadah haji, Aso dititip di rumah orang tua Lina di Jl. Pongtiku-Ujung Pandang Baru. Saat kembali dari menunaikan ibadah haji, ternyata sang buah hati yang titip tetap dibiarkan tinggal bersama Lina.

“Jadi, dia sejak bayi sudah bersama saya,” cerita Lina, panggilan lulusan Apoteker Unhas ini kepada saya, Rabu (10/3/2021) malam.
Asdar Muis RMS-Herlina pun menikah pada tahun 1995. Saya hadir di pesta pernikahan mereka pada malam hari di Pangkep, sekaligus menyerahkan “piala bergilir” Koran Kampus “Identitas” yang berpindah-pindah sesuai dengan mantan krunya yang menikah.

Beberapa bulan setelah menikah, pengantin baru pindah ke Jakarta dan Aso yang menjadi keluarga pasangan ini sebelum menikah, pun ikut ke Jakarta. Aso yang lahir 1 April 1992, harus memasuki sekolah taman kanak-kanak. Namun, kegiatan belajar di salah satu TK di Pasar Minggu, sudah berjalan sekitar enam bulan. Aso pun tidak dapat bergabung. Asdar pun dapat akal. “Biar saya bayar yang enam bulan itu asal anak saya bisa masuk,” kata Asdar seperti ditirukan Lina
Namun tidak lama di Pasar Minggu, Asdar yang waktu itu bekerja di Harian “Berita Yudha” Jakarta, pindah kos ke Pondek Gede.

Problem baru muncul. Aso tidak mau pindah dari sekolahnya di Pasar Minggu. Asdar dan Lina pun mencari tahu, apa alasan anaknya betah di Pasar Minggu. “Saya takut dicubit kalau tidak dapat menghafal ayat-ayat pendek di sekolah yang baru,” Aso berdalih.

Apa boleh buat, Aso tetap sekolah di Pasar Minggu dan bersama kedua orang tuanya tinggal di Pondok Gede yang jarak cukup jauh juga. Tidak ada pilihan lain, saban hari Asdar mengantarnya.

Baca Juga:  Animo Vaksin Masyarakat Pedesaan Rendah

Usai tamat TK, Aso masuk di SD Angkasa IV di Jl. Gatotkaca Dirgantara II Halim Perdanakusumah Jakarta Timur, Saat ini sekolah tersebut menyandang akreditasi A. Aso hanya sampai kelas 4 di sekolah ini karena harus pindah ke Makassar.

Kepindahan ke Makassar ini karena Asdar sering sakit. Kakinya bengkak dan rasanya nyeri tidak tertahankan. Guna mengurangi rasa sakit, Asdar menghangatkan kakinya di dekat kompor. Namun, usaha ini tidak juga menolong. Rasa nyerinya tetap bertahan. Dia akhirnya dibawa ke rumah sakit di Tebet. Belum lama di rumah sakit dia minta pulang.

“Lina, naiklah ke kursi roda itu nanti kudorong agar perawat melihat bahwa saya sudah sehat,” kata Asdar mencari siasat agar dibolehkan pulang.

Tetapi Lina merasa sulit ide itu dilakukan. Jangankan mendorong dirinya di atas kursi roda, berdiri saja Asdar susah. Ketika dokter melakukan “visite”, Asdar meyakinkan dokter bahwa dirinya sudah sehat dan dibolehkan pulang.

Pada tahun 2002, Aso dan orang tuanya pindah ke Makassar. Aso disekolahkah di SD Athirah Makassar dan duduk di kelas 4. Pada tahun 2004 dia menamatkan pendidikan di sekolah milik yayasan Pak M.Jusuf Kalla tersebut.

Dari SD Athirah, Aso melanjutkan pendidikan ke SMP Athirah. Yang selalu mengherankan Lina, uang jajan Aso dari sekolah ke sekolah sama saja besarnya. Tidak pernah bertambah. Aso merasa bersyukur memiliki uang jajan, sementara di sekolahnya dia menemukan teman-temannya yang tidak mampu. Dia tidak tega menambah uang jajan di tengah banyak temannya yang tergolong orang susah.

Baca Juga:  Amran Mahmud Pantau Langsung Penginputan Data Vaksinasi

“Ini anakku nanti akan jadi Bupati Pangkep,” tiba-tiba saja terdengar ucapan Asdar yang sempat mengagetkan Lina. Istrinya tahu betul, suaminya itu mampu melihat sesuatu yang bakal terjadi. Mungkin dapat dikategorikan sebagai memiliki indra ke-6.
“Lantas bapaknya jadi apa?,” kata Asdar seperti ditirukan Lina.
“Ya, jadi penasihat bupati,” balas Aso.

Ketika menamatkan pendidikan di SMP Athirah, Aso juga ingin menikmati sekolah negeri. Waktu itu, dia lolos di SMA Negeri 21 Makassar yang berada di Bumi Tamalanrea Permai (BTP). Tepatnya di Jl. Tamalanrea Raya Kecamatan Tamalanrea. Asdar ingin mengurusnya agar dapat masuk ke SMA Negeri 1 Makassar, tetapi Aso menolak. Pak Ilham Arief Siradjuddin yang menjabat Wali Kota Makassar ketika itu (2007) mengatakan, tidak apa-apa di SMA Negeri 21 nanti akan dijadikan sekolah unggulan. Hingga Aso menyelesaikan pendidikan di sekolah ini pada tahun 2010, SMA Negeri 21 belum memperoleh predikat unggulan.

Begitulah Aso hidup bersama kedua pasangan ini dalam balutan kasih sayang yang kental. Asdar sendiri selalu ingin Aso berada dalam suasana yang nyaman dan aman.

“Rawatlah Aso baik-baik dan yakinlah bahwa Aso juga akan menyayangi kita, “pesan Asdar kepada Lina, panggilan Herlina, perempuan yang dinikahinya 1995, seperti tertuang di dalam memorabilia berjudul “Asdar Muis RMS, Menunda Kekalahan dengan Karya, Teman, dan Makan” yang dieditori Shaifuddin Bahrum dan Andi Ahmad Saransi dan diterbitkan Baruga Nusantara , Oktober 2015.

Share :

Baca Juga

Sulsel

Camat Tempe Himbau Warganya Ikut Vaksinasi

Sulsel

Harlah Pancasila 2023, Andi Sudirman: Momentum Menjaga Semangat NKRI

Advertorial

Bupati Wajo Sidak Sekretariat Daerah

Sulsel

Kafilah STQH Kabupaten Pinrang Berhasil Menempati Posisi Ke Empat

Sulsel

Danny Pomanto Revitalisasi Kontainer, Lebih Mudah Akses 40 Layanan Publik Lewat Konter

Sulsel

Solidaritas Kemanusiaan, PDAM Makassar Berikan Bantuan untuk Pengungsi Banjir

Sulsel

Kunjungi Lorong Edu Park Manggala, Wawali Fatma : Rampungkan Segera

Sulsel

PWI Pangkep Harus Mampu Lahirkan Wartawan Profesional