MEDIASINERGI.CO MAKASSAR — Rumah panggung sederhana berukuran 8×13 meter di Jalan Pandang 4, Kelurahan Pandang, Kecamatan Panakkukang, Makassar, mendadak ramai dikunjungi warga. Di sanalah tinggal Naila Syamsul, seorang siswi kelas 6 SD yang namanya tiba-tiba disebut Presiden Prabowo Subianto dalam pidato kenegaraan.
Naila bukan anak pejabat. Ayahnya, Syamsul akrab disapa Ancu, hanyalah buruh bangunan dan juru parkir dengan penghasilan tak menentu. Namun, di balik keterbatasan itu, Naila terpilih sebagai salah satu calon siswa Sekolah Rakyat, program unggulan Prabowo untuk anak-anak dari keluarga termiskin di Indonesia.
“Saya bersyukur dan tidak menyangka. Terima kasih banyak kepada Bapak Presiden,” ucap Ancu penuh haru, Rabu 7 Mei 2025, saat ditemui di rumah kayunya yang berdiri di atas tanah milik orang lain.
Momen yang Mengubah Hidup
Kabar menggembirakan itu datang tiba-tiba. Sepulang kerja, Ancu melihat rumahnya didatangi banyak orang. Ternyata, petugas dari Kementerian Sosial datang membawa kabar bahwa putrinya lolos sebagai penerima beasiswa Sekolah Rakyat.
“Waktu itu saya kaget. Ternyata anak saya terpilih, katanya langsung disebut Presiden di Jakarta,” katanya.
Naila sendiri masih tidak percaya. Dalam siaran televisi nasional, Presiden Prabowo menyebut namanya sebagai contoh anak dari keluarga dengan penghasilan di bawah satu juta rupiah per bulan, yang akan disekolahkan di Sekolah Rakyat berasrama secara gratis.
“Saya senang sekali. Terharu juga, karena tidak menyangka bisa dapat beasiswa dari Presiden,” ujar Naila, kelahiran 24 Desember 2012, yang saat ini tengah mengikuti Ujian Akhir Sekolah
Rajin, Mandiri, dan Bercita-Cita Jadi Guru
Meski tidak selalu menjadi juara di sekolah, Naila dikenal sebagai anak yang rajin dan disiplin. Ia tak suka terlambat, dan bahkan kerap mengingatkan ayahnya agar cepat mengantar ke sekolah. Di rumah, ia juga membantu ibunya, Nurlia, mengurus keperluan rumah tangga dan menjaga neneknya.
“Naila anak perempuan satu-satunya dari tiga bersaudara. Dia sangat bertanggung jawab,” ujar sang ayah.