MEDIASINERGI.CO MAKASSAR — Ketangguhan para relawan komunitas Guru Hebat Berbagi patut dibanggakan karena mampu membuat siswa-siswi tersenyum ceria dan anak – anak di pelosok Desa Minggi’, Kabupaten Pangkep, karena bisa merasakan pembelajaran yang lebih maju.
Karena kehadiran Komunitas Guru Hebat berbagi dan tim relawan, bisa menyajikan materi pengajaran berbasis Deep Learning , AI dan Coding serta memperlihatkan sistem Bermain sambil belajar kepada siswa-siswi SDN 34 Minggi’.
Komunitas Guru Hebat Berbagi sukses menggelar kegiatan praktik baik (Best Practice ) di UPT SDN 34 Minggi’, yang merupakan salah satu sekolah yang berada di pelosok dengan status Negeri yang terletak di Desa Tompo Bulu, RT 03 / RW. 03 Dusun Tanete PadangTangaraya, Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangakajene dan Kepulauan.
Sebuah sekolah pelosok yang barada di wilayah pegunungan yang memiliki tiga ruang kelas dan satu ruang guru dengan jumlah siswa secara keseluruhan sebanyak 11 orang, terdiri atas 1 siswa kelas 1, 2 orang siswa kelas 3, 4 orang murid kelas 4, 2 orang murid kelas 5 dan 2 orang murid kelas 6.
Sabtu pagi, 27 September 2025, sang Surya bersinar terang seakan menampakkan ketulusannya dan menjadi saksi atas kunjungan tim komunitas Guru Hebat Berbagi yang menempuh perjalanan dengan roda 2 ke Desa Minggi’.
Tidak seperti hari – hari biasanya, dimana panas terik matahari sangat menyengat. Namun kunjungan kali ini sangat adem. Mentari seolah ingin bersahabat dan ikut melihat betapa tangguhnya dan indahnya berbagi ilmu di pelosok desa.
Minggi’ sesuai dengan namanya merupakan Desa yang menyerupai kata Minggir atau menepi yang berarti Desa “terpinggirkan”. Dalam arti kata bahwa Desa yang mengasingkan diri, bukan karena keadaan atau sengaja menjauh dari hiruk pikuk bisingnya Kota. Akan tetapi memang takdir dan Kuasa Semesta Desa Minggi letaknya jauh dipelosok.
Delapan orang Guru Hebat Berbagi dan tim relawan mulai memasuki daerah pelosok yang disebut Desa Minggi’ dengan bantuan petunjuk arah oleh kepala sekolah desa setempat, yang membuat tim relawan semakin bersemangat dan penasaran seperti apa Desa Minggi dan Sekolah Dasarnya di sana ?
Dimulailah dengan pendakian dan tanjakan bertanah tandus, melewati hutan, sesekali terdengar suara kokok ayam hutan seolah menyambut kami para Guru Hebat Berbagi datang ke tempatnya.
Suara gonggongan anjing di setiap jalan menjadi audio visual layaknya menonton film mewah yang tak bisa terbayarkan oleh materi.
Tak hanya sampai disitu, di sisi kanan dan kiri jurang curam menganga di kedalaman 100 meter yang semakin menanjak, maka semakin tinggi pula tingkat kecuramannya.
Setiap pemberhentian kami gunakan untuk istirahat dan di daerah itu terdapat pohon Manggis hutan yang tak kalah lezat rasanya dari buah-buahan mahal yang dijajajakkan di pasar sentral Pangkajene.
Anak sungai yang mengalir menambah suasana asri dan damainya hidup di desa Minggi’.
“Tak semudah itu kawan !!!”, ujar Ishaq, Kepala sekolah SDN 34 Minggi yang memandu perjalanan, jembatan kayu yang terbuat dari batang kayu jati terlihat hampir lapuk, yang membuat adrenalin semakin tertantang .
Tim komunitas GHB melewati tujuh jembatan untuk sampai di perkampungan Minggi yang jaraknya setiap 1 kilometer terdapat 1 jembatan.
“Tinggal 500 meter lagi !!! ” celetuk pak Ishaq, sebagai wujud untuk memberikan semangat kepada tim relawan yang mulai letih dan gelisah ingin menyudahi perjalanan sampai di jembatan kedua saja.
Di tengah perjalanan ke Desa Minggi, ada salah satu motor yang digunakan salah arah dan oleng.
Dua jam berlalu, capek dan penat yang dirasakan segera terbayarkan, ketika tim Guru Hebat Berbagi sudah melihat rumah-rumah warga satu persatu.
Sebuah bangunan bercat dinding kuning kusam di halaman terdapat pohon jambu mete menandakan bahwa tim sudah tiba dengan selamat di tempat yang dituju yaitu SDN 34 Minggi’.

















